Seni Sebagai Jendela Pendidikan Karakter
Pendidikan modern tak lagi terpaku pada buku teks dan papan tulis. Kini, pembelajaran dapat dilakukan di mana saja, termasuk melalui kunjungan langsung ke pusat seni dan budaya. Itulah semangat yang diusung oleh PKBM Reksonegaran Yogyakarta saat menggelar outing class ke Museum Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta. Kegiatan ini tak hanya memperkaya pengetahuan siswa, namun juga menanamkan nilai-nilai apresiasi terhadap karya seni, budaya lokal, serta ekspresi diri yang bebas dan bertanggung jawab.
Dengan mengusung pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), outing class ini menjadi salah satu metode efektif dalam menyampaikan materi secara kontekstual. Para peserta didik, mulai dari Paket A, B, hingga C, diberi kesempatan untuk menyelami dunia kesenian secara langsung di ruang yang inspiratif dan edukatif.
Mengenal PKBM Reksonegaran dan Komitmennya pada Pembelajaran Kreatif
PKBM Reksonegaran Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang berdiri sejak 2005 dan resmi menjadi yayasan pada 2020. Lembaga ini telah dikenal luas atas komitmennya dalam menyelenggarakan pendidikan kesetaraan yang humanis, inklusif, dan kreatif. Terletak di wilayah Gondokusuman, PKBM ini menyelenggarakan layanan belajar untuk Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA).
Dengan menggabungkan kurikulum Merdeka dan pendekatan aktif-partisipatif, PKBM Reksonegaran rutin mengadakan program luar kelas, termasuk outing class yang menjadi media pembelajaran tematik. Salah satu kegiatan unggulan yang baru-baru ini digelar adalah kunjungan edukatif ke Museum SMSR Yogyakarta.
Museum SMSR Yogyakarta: Rumah Kreativitas dan Budaya Visual
Museum Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta merupakan bagian dari institusi pendidikan seni yang memiliki koleksi karya-karya siswa dan alumni yang luar biasa. Museum ini berdiri sebagai ruang pameran dan arsip hidup dari perjalanan kreativitas anak-anak muda di bidang seni rupa, mulai dari lukisan, patung, desain grafis, hingga karya instalasi.
Dengan lingkungan yang mendukung eksplorasi visual dan ekspresi artistik, museum ini menjadi tempat belajar yang ideal bagi peserta didik PKBM Reksonegaran. Melalui karya-karya yang dipajang, siswa diajak memahami dinamika dunia seni rupa sekaligus menghargai proses panjang di balik lahirnya sebuah karya seni.
Suasana Outing Class: Dari Observasi ke Apresiasi
Rangkaian kegiatan outing class dimulai dengan sesi pembukaan dan pengenalan tentang sejarah dan fungsi Museum SMSR. Para siswa terlihat antusias mendengarkan penjelasan dari kurator museum dan tutor pendamping. Mereka dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pengamatan dan diskusi selama eksplorasi ruang pameran.
Setiap kelompok mendapatkan lembar observasi yang harus diisi dengan catatan tentang karya favorit, teknik yang digunakan, dan interpretasi pribadi terhadap makna karya tersebut. Metode ini tidak hanya menumbuhkan apresiasi seni, tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menulis reflektif.
Belajar Keterampilan Visual dan Nilai Estetika
Selama kunjungan, peserta didik juga diajak untuk memahami elemen-elemen dasar seni rupa seperti garis, warna, tekstur, bentuk, dan komposisi. Beberapa tutor dari SMSR memberikan demonstrasi langsung mengenai proses kreatif dalam membuat lukisan atau patung kecil. Ini menjadi pengalaman langka dan berharga bagi para siswa, terutama mereka yang belum pernah berkecimpung dalam dunia seni sebelumnya.
Lebih dari itu, peserta outing class diajak berdiskusi tentang pentingnya seni dalam kehidupan sehari-hari. Mereka belajar bahwa seni bukan hanya soal keindahan visual, tetapi juga alat komunikasi, media ekspresi diri, dan bahkan sarana kritik sosial. Wawasan ini memperkaya pemahaman mereka terhadap seni sebagai bagian integral dari kebudayaan.
Penguatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Selain pembelajaran visual, outing class ke Museum SMSR juga dimanfaatkan untuk membentuk karakter siswa. Dalam setiap kegiatan, mereka diajak untuk menghargai hasil karya orang lain, bersikap sopan selama berada di ruang publik, serta menjaga kebersihan dan ketertiban tempat yang dikunjungi.
Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kepekaan sosial, dan toleransi ditanamkan secara alami selama kegiatan berlangsung. Diskusi kelompok juga menjadi ajang untuk melatih kerja sama, mendengarkan pendapat teman, dan menghargai perbedaan pandangan. Semua ini menjadi fondasi kuat dalam membentuk pribadi yang utuh dan berbudaya.
Dokumentasi Kreatif: Dari Tulisan Hingga Video
Sebagai bagian dari tugas pembelajaran, siswa diminta untuk membuat dokumentasi kreatif dalam berbagai bentuk. Beberapa memilih untuk menulis esai reflektif tentang pengalaman mereka, sementara yang lain membuat vlog singkat atau sketsa berdasarkan karya yang mereka lihat. Semua karya ini dikumpulkan sebagai portofolio pembelajaran dan menjadi arsip perjalanan belajar yang otentik.
Melalui dokumentasi ini, siswa belajar mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka secara tertulis maupun visual. Ini bukan hanya meningkatkan keterampilan literasi dan visualisasi, tetapi juga membangun rasa percaya diri serta kesadaran akan potensi diri masing-masing.
Seni sebagai Medium Pembelajaran yang Bermakna
Outing class PKBM Reksonegaran ke Museum SMSR Yogyakarta merupakan bukti bahwa seni bisa menjadi jembatan pendidikan yang efektif dan inspiratif. Melalui pendekatan langsung, siswa tidak hanya mengenal dunia seni secara lebih dekat, tetapi juga belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan masyarakat secara keseluruhan.
Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana pembelajaran di luar kelas mampu menjawab kebutuhan pendidikan masa kini—yakni yang holistik, menyenangkan, dan relevan. PKBM Reksonegaran membuktikan bahwa meski dalam jalur pendidikan nonformal, kualitas dan makna pembelajaran tetap dapat dijaga dan bahkan diperkaya.